• Belanja & Kuliner

Jika Mengira Angkringan Dari Jogja, Fix Anda Salah, Ini Yang Benar

Eko Budhiarto | Sabtu, 17/02/2024 15:09 WIB
Jika Mengira Angkringan Dari Jogja, Fix Anda Salah, Ini Yang Benar Ilustrasi Angkringan

Anekagaya.com - Sebagaian orang mengira angkringan berasal dari Jogja. Jika anda termasuk sebagaian orang tersebut, mohon maaf, anda salah.

Perkiraan tersebut muncul karena angkringan banyak ditemukan di pinggiran jalan di Jogjakarta. Pemandangan serupa juga kerap ditemukan di Solo, Jawa Tengah. Lalu, dalam perkembangannya, angkringan juga menyebar ke Jawa Timur dan Kawasan Jabodetabek. Bahkan, juga merambah Kalimantan, Sumetera, dan Sulawesi.

Lalu darimana sebenarnya angkringan berasal?  Angkringan berasal dari Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Mengutip laman resmi Pemprov Jawa Tengah, desa itu lah yang menjadi cikal bakal lahirnya warung angkringan, atau sering disebut HIK (Hidangan Istimewa Klaten).

Mayoritas masyarakat Desa Ngerangan menekuni usaha angkringan secara turun-temurun. Karena usaha ini pula, perekonomian mereka terangkat.

Jejak sejarah kelahiran angkringan di Desa Ngerangan tidak terlepas dari peran Karso Djukut, dan pelaku sejarah Wiryo Jeman (95). Sebagai bentuk pelestarian tradisi leluhur, Pemerintah Desa Ngerangan dan para tokoh masyarakat mengangkat desanya sebagai Cikal Bakal Angkringan.

Suwarna (41) salah satu inisiator dalam mewujudkan Desa Ngerangan sebagai Desa Cikal Bakal Angkringan mengemukakan, usaha angkringan sejak dulu telah menjadi roda penggerak perekonomian warga setempat. Suwarna yang selama 13 tahun berprofesi sebagai penjual angkringan menyebutkan bahwa dalam satu hari, penjual angkringan bisa meraup keuntungan hingga ratusan ribu. Sedangkan pendapatan warga sebagai produsen gerobak pun tak kalah menjanjikan peminatnya.

"Dalam sehari berjualan, rata-rata kita pelaku angkringan bisa mendapat untung bersih hingga ratusan ribu. Kalau untuk harga gerobak, untuk bangku pikul kita jual dengan harga berkisar 2,5 - 3 juta rupiah, untuk gerobak dorong lengkap dengan peralatannya harganya mulai dari 3,5 juta rupiah. Kita pasarkan sudah sampai nasional, Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi juga. Salah satunya ada seorang pengusaha gerobak disini yang aktif produksi dan sering kirim sekitar 40-50 buah gerobak dalam satu bulan," terang Suwarna, seperti dikutip dari KRJOGJA.

Bagi pelanggan atau konsumen, angkringan dianggap sebagai tempat yang egaliter. Sebab, seperti dikutip wikipedia, mereka yang datang dan menikmati menu angkringan tidak pernah membeda-bedakan strata sosial.

Mereka menikmati makanan sambil bebas mengobrol hingga larut malam, meskipun tak saling kenal. Tema apapun bisa menjadi bahan obrolan, bahkan kerap kali berdiskusi tentang topik-topik

Harga menunya yang murah dan tempatnya yang santai membuat angkringan sangat populer di tengah kota, baik untuk mengusir lapar atau sekadar melepas lelah.

FOLLOW US