• Selebhot

Singgung Dehumanisasi Gaza, Pidato Jonathan Glazer Picu Kontroversi

Puitika Aisyah Aini | Jum'at, 15/03/2024 17:21 WIB
Singgung Dehumanisasi Gaza, Pidato Jonathan Glazer Picu Kontroversi Jonathan Glazer

Anekagaya.com - Penghargaan pidato kemenangan di panggung Oscar paling kontroversial tahun ini boleh jadi dimenangkan oleh sutradara ‘The Zone of Interest’, Jonathan Glazer. Pidato singkatnya sukses timbulkan perdebatan panjang.

Ketika pembuat film asal Inggris tersebut naik ke panggung untuk menerima penghargaan film internasional terbaik, ia disambut tepuk tangan meriah. Di tengah huru hara tersebut, ia membuka catatan yang telah disiapkannya, berterima kasih kepada semua pihak yang berkontribusi pada kesuksesan ‘The Zone of Interest’, dan membandingkan drama Holocaust berlatar Auschwitz tersebut dengan apa yang saat ini terjadi di Gaza.

“Semua pilihan yang kita ambil mencerminkan dan dihadapkan pada kita saat ini, jangan lihat apa yang mereka katakan dulu, namun lihatlah apa yang kita lakukan sekarang. Film kami menunjukkan arah terburuk dehumanisasi. Hal itu membentuk masa lalu dan masa kini kita,” ujar Glazer seperti dikutip Variety.

“Saat ini, kami berdiri di sini sebagai orang-orang yang menyangkal ke-Yahudi-an mereka dan Holocaust yang dibajak oleh pendudukan yang menyebabkan konflik bagi banyak orang tidak bersalah. Baik korban bulan Oktober–baik korban pada 7 Oktober di Israel atau di serangan yang sedang berlangsung di Gaza, semua korban dehumanisasi ini, bagaimana kita melawannya?”

Glazer tidak mengikuti sesi tanya jawab dengan wartawan di belakang panggung Oscar pasca kemenangannya. Sang sutradara juga belum melakukan wawancara apapun untuk mengklarifikasi maksud yang ingin disampaikannya dalam pidato tersebut. Namun hal tersebut tak menghentikan spekulasi yang berkembang.

Asif Kapadia, yang memenangkan film dokumenter terbaik Oscar tahun 2015 ‘Amy’ mengatakan pada Variety, “ia menggunakan kekuatan dan posisinya dan panggung terbesar di dunia untuk menyuarakan orang-orang yang tidak memiliki kekuatan, suara, atau terlalu takut untuk bicara.”

“Di industri yang sangat konservatif dan berisiko merugikan dan punya catatan panjang membuang orang-orang ke daftar hitam. Ia berdiri dan menyampaikan kebenaran. Itulah yang dilakukan seniman sejati.”

Bagi Stefanie Fox, direktur eksekutif grup sayap kiri Jewish Voice for Peace, mereka yang menyerang Glazer hanya memperkuat apa yang disampaikannya.

Ia menerangkan, “dia (Glazer) ingin mengimplementasi pelajaran dari Holocaust terhadap kengerian yang ada di depan kita saat ini. Sementara para pengkritiknya hanya ingin menghindari dan mengalihkan perhatian kita dari genosida yang dilakukan pemerintah Israel terhadap warga Palestina.”

“Glazer mewakili sejumlah besar orang Yahudi yang menghormati sejarah kita dengan bergabung bersama saudara-saudara kita di Palestina dalam perjuangan mereka untuk kebebasan dan keadilan.”

Pernyataan serupa diberikan oleh Simone Zimmerman, pendiri organisasi akar rumput If Not Now yang menyerukan gencatan senjata dan penghentian dukungan Amerika Serikat terhadap Sistem Apartheid Israel.

“Bagi saya, kalimat yang paling penting dalam pidato tersebut–yang tidak diperhatikan orang-orang–adalah gagasan bahwa film ini seharusnya menjadi panggilan untuk kita di masa sekarang,” ujarnya kepada Variety. 

“Orang-orang yang histeris tentang pidato tersebut adalah orang-orang yang secara agresif menolak kejahatan yang saat ini terjadi di Gaza oleh mereka yang, faktanya, menggunakan ingatan akan Holocaust untuk membenarkan kejahatan mereka.”

Namun ada pula yang menghujat pidato Glazer, seperti CEO Anti-Defamation League Jonathan Greenblatt, yang menulis di X (Twitter): “sangat menyedihkan melihat seseorang mengecilkan Holocaust ketika menerima penghargaan tentang film yang mereka buat tentang Holocaust.”

“Glazer bicara tentang memahami apa yang bisa diakibatkan dehumanisasi, namun buta akan fakta bahwa dehumanisasi yang dilakukan Hamas terhadap Yahudi dan orang Israel lah yang mengawali perang ini. Biar saya perjelas: Israel tidak membajak ke-Yahudi-an siapapun. Mereka membela hak setiap Yahudi untuk hidup.”

Greenblatt menolak berkomentar lebih jauh, namun perwakilan ADL mengatakan pada Variety bahwa ia merujuk pada keseluruhan pidato dan bukan hanya potongan yang tersebar di media sosial.

Sutradara Hongaria László Nemes yang menggarap film ‘Son of Saul’, film drama Holocaust peraih piala Oscar 2016, turut mengungkapkan pandangannya terhadap pidato Glazer. “Saya sangat suka ‘The Zone of Interest’ dan saya pikir ini adalah film yang sangat penting,’ ujarnya. 

“Ketika anda membuat film seperti ini, ada sebuah tanggung jawab yang menyertai. Glazer jelas gagal mengukur tanggung jawab ini, termasuk dalam kaitannya dengan penghancuran orang-orang Yahudi di Eropa. Sangat mengejutkan bahwa para elit perfilman memujinya atas hal itu.”

Pidato Glazer dan reaksi menunjukkan perpecahan yang terus tumbuh di Hollywood menyusul kejadian pada 7 Oktober tahun lalu di Israel. Bahkan di ruangan tersebut, pidato Glazer disambut reaksi beragam. 

Mark Ruffalo, salah satu nominator pemeran pendukung pria terbaik dan juga adalah salah satu aktor yang lantang membela perjuangan Palestina, tampak bertepuk tangan dengan semangat. Namun di sisi lain, Da’Vine Joy Randolph, yang baru saja memenangkan piala pemeran pendukung wanita terbaik tampak bergeming.

Meski banyak pertanyaan muncul terkait pidato singkat Glazer, tampaknya sang sutradara belum akan memberi jawaban dalam waktu dekat.

 

FOLLOW US