• Kuliner

Selalu Ada Saat Lebaran, Ini Cerita Ringkas Tentang Filosofi Ketupat

Annisa Rahman | Rabu, 17/04/2024 11:05 WIB
Selalu Ada Saat Lebaran, Ini Cerita Ringkas  Tentang Filosofi Ketupat Kupat

Anekagaya.com - Bagi kebanyakan orang, kupat atau ketupat menjadi menu wajib yang harus ada ketika Lebaran. Belum sempurna momentum Lebaran tanpa kehadirannya. Berikut cerita ringkas tentang makna filosofi ketupat.

Seperti dikutip dari Wikipedia,  pada era Kerajaan Demak `Kupat` memiliki definisi arti dalam bahasa Jawa, yaitu ngaku lepat yang berarti `mengakui kesalahan` atau laku papat (4 perilaku) yang juga melambangkan 4 sisi dari kupat. Yaitu lebaran (pintu maaf), luberan (berlimpah), leburan (saling memaafkan), dan laburan (dari kata Labur; putih, yang berarti `bersih dari dosa-dosa`).

Kupat merupakan simbol perayaan hari raya Islam pada masa pemerintahan Kesultanan Demak pimpinan Raden Fatah awal abad ke-15. Bentuknya yang persegi empat bermakna "kiblat papat lima pancer," sebagai keseimbangan alam yakni 4 arah mata angin yang bertumpu pada satu pusat.

Kupat pertama kali muncul di tanah Jawa, diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga kepada masyarakat Jawa. Sunan Kalijaga menjadikan kupat sebagai budaya dan filosofi Jawa.

Seperti disebut sebelumnya,  kupat adalah akronim dari ngaku lepat (mengakui kesalahan). Simbolisasi inilah yang digunakan Sunan Kalijaga dalam mensyiarkan ajaran Islam di Jawa. Pasalnya pada waktu itu masih banyak orang yang meyakini kesakralan dari ketupat.

Dikutip dari KRJogja, Ngaku Lepat sendiri bermakna mengakui kesalahan dan Ngaku Papat memiliki arti empat tindakan yaitu lebaran, luberan, leburan, dan laburan.

Pertama, Lebaran. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar. Ini bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa.

Selanjutnya yaitu Luberan. Istilah ini berarti meluber atau melimpah yang menjadi simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin. Pengeluaran zakat fitrah menjelang Hari Raya Idul Fitri, selain menjadi ritual wajib bagi Muslim, juga sebagai wujud kepedulian kepada sesama manusia.

Yang ketiga, Leburan yang memiliki makna habis dan melebur. Maksudnya, pada momentum Lebaran, dosa dan kesalahan akan melebur dan habis karena setiap Muslim dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

Keempat, Laburan yang berasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air dan pemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.

Selain itu, Ketupat mencerminkan beragam kesalahan manusia. Hal ini bisa terlihat dari rumitnya membuat bungkusan ketupat. Kemudian, ketupat dapat dimaknai sebagai kesucian hati.

Hal ini lantaran setelah ketupat dibuka maka akan terlihat nasi putih yang mencerminkan kebersihan dan kesucian hati usai memohon ampunan dan segala kesalahan.

Tak hanya itu, Ketupat juga mencerminkan kesempurnaan. Bentuk ketupat begitu sempurna yang menggambarkan tentang kemenangan umat Islam setelah sebulan penuh berpuasa dan akhirnya bisa merayakan Hari Raya Idul Fitri.

FOLLOW US